Saran dokter itu terus terngiang-ngiang di telinga Catherine, segera operasi dalam 3 hari.
Catherine tak akan pernah alpa kejadian pada 4 September 2010. Pada hari itu ia mengambil hasil ultrasonografi dan pemindaian di sebuah rumahsakit di Serpong, Kotamadya Tangerang Selatan, Banten. Dokter ahli radiologi di rumahsakit itu menyarankan Catherine untuk menemui dokter ahli penyakit dalam di rumahsakit di Jakarta Selatan, dr Martin Batubara SpPD. Namun, hari itu dokter berpraktek di rumahsakit di Ciputat, Kotamadya Tangerang Selatan, Banten.
Perempuan 59 tahun itu pun bergegas ke lokasi praktek dr Martin. Setelah mengecek hasil ultrasonografi dan pemindaian, dokter menyarankan agar Catherine mendaftar operasi malam itu juga, pukul 19.05. Paling lambat 3 hari ke depan, ia harus menjalani operasi untuk mengatasi tumor mediastinum superior atau pembesaran kelenjar tiroid. Dokter menyatakan pembesaran kelenjar tiroid itu akibat berkurangnya hormon tiroid pada kelenjar tiroid. Nah, saran itulah yang mengiang-ngiang di telinga Catherine.
Produksi minim
Penyakit maut itu ia rasakan pertama kali pada 2008. Sejak itu ia mudah sakit, kondisi kesehatan gampang drop. Ketika menyapu halaman, tiba-tiba ia sesak napas. Ia pun menghentikan aktivitasnya dan mencoba menarik napas dalam-dalam, masuk ke rumah, dan beristirahat. Semula ia mengira bronkitis kambuh lagi. Saat itu ia memang mengidap penyakit radang cabang tenggorok. Namun, kondisi mantan kepala sekolah dasar Negeri Cibinong 2 itu kian parah. Napas makin sesak, ketika bicara terbata-bata saking sakitnya bernapas.
Oleh karena itu ia memeriksakan diri di rumahsakit di Serpong, Tangerang Selatan. Hasil rontgen menunjukkan bahwa Catherine positif tiroid. Hormon tiroid berfungsi mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Jaringan tiroid sebelah kiri membesar dan mempersempit trakhea hingga 10 mm (normal 16 - 18 mm). Itu yang menyebabkan ia merasakan sesak napas. Pada orang dewasa, penyebab utama hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid adalah gangguan autoimun yang menyebabkan hormon yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Untuk mengatasi itu dokter mendesak agar Catherine segera operasi. Jika tidak, kemungkinan ia tidak tertolong lagi. Meski tahu hidupnya di ujung tanduk, Catherine tak menuruti saran dokter untuk operasi. ‘Saya takut mati di meja operasi,’ kata ibu 3 anak itu. Ia malah memenuhi anjuran temannya, untuk menemui herbalis di Bogor, Jawa Barat, Valentina Indrajati. Pada 5 September 2010, Catherine pun bertemu Valentina.
Herbalis yang kerap mengajar yoga di Thailand itu mensyaratkan agar Catherine menghindari konsumsi obat-obatan kimia, daging hewan berkaki 4, duku, sawo, dan nangka. Ketiga buah bergetah itu merusak produksi kelenjar sehingga mesti dihindari. Menurut Valentina, pembesaran tiroid Catherine mengarah kepada tumor jinak. Saat itu Valentina meresepkan daun sirsak dan beberapa herbal lain seperti sambiloto dan keladitikus. Sediaan itu dalam bentuk serbuk yang telah bercampur menjadi satu.
Lelah
Keesokan hari, pada 6 September 2011, Catherine mulai mengonsumsi rebusan ketiga herba itu. Ia mengambil 20 gram sediaan, merebus di dalam 2 gelas air hingga mendidih, dan tersisa 1 gelas. Setelah hasil rebusan dingin, serbuk herba mengendap di dasar gelas, ia pun meminumnya 2 kali sehari setelah makan. Pada 15 hari pertama konsumsi, ia merasa tubuh penat dan letih. Frekuensi buang air besar meningkat rata-rata 4 kali sehari dan lebih sering tidur. Ia kaget menghadapi perubahan itu dan segera menghubungi Valentina.
Menurut Valentina perubahan itu merupakan proses detoksifikasi untuk membuang racun dalam tubuh. Benar saja, ketika memasuki hari ke-16, Catherine merasa lebih segar dan sehat. Ia mampu membersihkan rumah dan halaman selama 2 jam tanpa sesak napas dan kecapaian. ‘Badan terasa ringan dan napas pun terasa lega,’ kata Catherine. Padahal, sebelumnya menyapu 10 menit saja, ia merasa lelah dan sesak napas. Kini 3,5 bulan sudah berlalu, Catherine terlihat lebih ceria. Ia bisa menikmati masa pensiunnya dengan tenang.
Ketika wartawan Trubus menemui Catherine pada 19 Januari 2011, ia tampak bugar. Bicaranya juga panjang lebar, tanpa tersendat-sendat, bahkan sulit terpotong. Sekarang, ‘Tidak ada lagi rasa sesak napas di dada,’ kata Catherine riang yang pensiun pada Oktober 2010 itu. Secara umum kondisi kesehatannya membaik dengan indikasi tanpa sesak napas, bugar, tak mudah lelah, dan lancar berbicara. Sayangnya, perbaikan kondisi itu belum dibuktikan melalui pemeriksaan secara medis.
Pemanfaatan daun sirsak untuk membantu kesembuhan pasien sejalan dengan beberapa penelitian ilmiah. Para ahli menemukan senyawa aktif acetogenins dalam daun durian belanda alias sirsak. Peneliti di Sekolah Farmasi, Osaka University, Jepang, Naoto Kojima, berhasil mensintesis senyawa itu yang bersifat antitumor. Selain itu, Kojima juga mensintesis senyawa murisolin dalam daun sirsak bersifat sitotoksik pada sel tumor manusia dengan potensi antara 105 - 106 kali adriamycin - obat kemoterapi.
Peneliti dari Sekolah dan Ilmu Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD juga membuktikan khasiat daun sirsak. Ia meriset bersama Jerry McLaughlin dari Purdue University, Amerika Serikat. ‘Acetogenins menghambat ATP (adenosina trifosfat). ATP sumber energi di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP,’ kata Sastrodihardjo.
Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker atau tumor pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam tubuh. Berkat bantuan daun sirsak, kesehatan Catherine kian membaik. (Endah Kurnia Wirawati)
Prof Soelaksono, meneliti daun sirsak bersama tim dari Purdue University, Amerika Serikat
Daun sirsak mengandung acetogenins pembunuh sel kanker
Hasil CT scan yang menunjukkan pembesaran tiroid sebelah kiri hingga melebar dan berukuran 48,9 mm (normal 15 - 20 mm)
Tiroid
Kelenjar Tiroid dan Trakhea
Akibat pembekakan, kelenjar tiroid menyempitkan saluran trakhea menjadi 10 mm. Idealnya ukuran saluran trakhea 16 - 18 mm
Ilustrasi: Bahrudin
Foto-foto: Endah Kurnia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar