Bisa dibeli online di www.binmuhsingroup.com
Senyawa acetogenins pada daun sirsak memiliki cara kerja serupa dengan salah satu obat kemoterapi.
Obat kemoterapi kanker itu adalah adriamycin. Menurut Dr Aru Wisaksono Sudoyo SpPD KHOM FACP FINASIM, ahli hematologi-onkologi di Jakarta, adriamycin memang merupakan salah satu obat kemoterapi kanker. Seperti dikutip dalam www.news-medical.net dan The Gale Encyclopedia of Cancer 2nd, adriamycin populer lantaran efektif mengobati leukemia dan aneka kanker seperti paru-paru, payudara, dan tiroid.
Adriamycin (nama dagang) mengandung senyawa antikanker doxorubicin. Senyawa itu mampu mengganggu aktivitas pembelahan DNA pada sel kanker. Ujung-ujungnya sel kanker sulit untuk tumbuh dan berkembang. Singkat kata tugas adriamycin yang diberikan lewat penyuntikan atau infus itu adalah membunuh sel kanker.
Acetogenins
Senyawa acetogenins pada daun sirsak Annona muricata bekerja mirip adriamycin itu. Acetogenins mampu menghambat produksi energi ATP di dalam sel kanker. Efeknya pembelahan sel kanker terganggu. Sejauh ini belum terdapat riset yang menjelaskan seberapa besar kemampuan senyawa acetogenins daun sirsak dalam menumpas sel kanker dibandingkan adriamycin.
Perbandingan dengan adriamycin justru terkuak pada biji sirsak. Riset Rieser MJ, Fang XP, Zeng L, dan McLaughin JL dalam Journal of Natural Product pada Februari 1996, mengungkapkan cis-annonacin, salah satu senyawa dari lima senyawa aktif di biji - cis-annonacin-10-one, cis-goniothalamicin, arianacin, dan javoricin - memiliki kemampuan sitotoksik sebagai senyawa antikanker.
Riset yang memakai metode tes brine shrimp lethality (BSL) itu juga menjelaskan senyawa cis-annonacin memiliki potensi 10.000 kali lebih besar daripada adriamycin untuk mengatasi sel tumor. Senyawa itu juga bersifat sitotoksik selektif terhadap kanker usus besar.
Sejatinya tes BSL merupakan uji awal untuk mendata jenis-jenis bahan aktif dari ekstrak tanaman. Tes itu dipakai karena mudah, murah, dan hanya perlu sedikit bahan uji. Bila bahan aktif sudah diperoleh, pengujian bahan-bahan itu dilakukan lebih spesifik lewat serangkaian tes lanjutan lainnya.
Tes BSL yang memakai larva udang Artemia salina sebagai bahan uji tidak bisa menjadi pedoman untuk memukul rata keampuhan senyawa aktif. Maka dari itu riset Rieser MJ dan kawan-kawan hanya menyebutkan nilai potensi 10.000 kali lebih besar daripada adriamycin. “Brine shrimp itu baru tes awal. Masih perlu tes-tes lain untuk menguji kemampuan senyawa aktif itu. Contoh dari 10.000 senyawa aktif, nantinya hanya 1 - 2 senyawa yang bisa dipakai menjadi obat bagi manusia,” kata Prof Dr Amri Bakhtiar DESS Apt, ahli farmasi dari Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat.
Doxorubicin
Kerabat sirsak, srikaya Annona squamosa dilaporkan memiliki kemampuan di atas adriamycin. Hasil riset D Craig Hopp dan rekan-rekan dari School of Pharmacy & Pharmacal Science Universitas Purdue di Indiana, Amerika Serikat, menyebutkan kulit kayu srikaya memiliki kemampuan menumpas kanker 10 - 100 kali lebih kuat daripada adriamycin.
Sayang riset itu tidak menyebutkan efek samping konsumsi dari dosis sebesar itu. Padahal pemakaian adriamycin, misalnya, berefek samping antara lain rambut rontok, kehilangan 8 - 10% bobot tubuh, hingga anjloknya kadar sel darah putih alias leukosit yang merupakan antibodi tubuh. “Adriamycin juga bisa menyebabkan gangguan jantung, ginjal, dan hati,” kata Dr Andhika Rachman SpPD dari Divisi Hematologi-Onkologi Rumah Sakit Cipto Mangkunkusumo (RSCM) di Jakarta Pusat.
Oleh sebab itu pemakaian adriamycin perlu kontrol ketat dokter. Harap mafhum setiap jenis kanker memiliki dosis penanganan berbeda. “Dosis itu bergantung dari riwayat penyakit pasien,” tambah Andhika. Kanker getah bening, misalnya, perlu dosis doxorubicin sebesar 50 mg per luas permukaan tubuh. Contohnya sebagai berikut. Bila tinggi pasien 150 cm dan bobot 60 kg, maka dosis doxorubicin yang dibutuhkan adalah akar dari tinggi tubuh dikali bobot tubuh, dibagi 3.600. Dari perhitungan diperoleh luas permukaan tubuh pasien 1,58 (150 x 60/3.600 = 2,5; √2,5 = 1,58), maka dosis doxorubicin yang diperlukan adalah 1,58 x 50 mg = 79 mg.
Menurut Aru W Sudoyo, peran daun sirsak sesungguhnya hanya sebagai komplementer saja. Artinya menambah sesuatu pengobatan yang dapat membantu penyembuhan. Jadi penderita kanker tetap perlu menjalani pengobatan kemoterapi dan juga mengonsumsi obat kanker yang diberikan oleh dokter. Bentuk sinergi pengobatan itu diharapkan mampu benar-benar menumpas sel kanker di tubuh. (Dian Adijaya S/Peliput: Rosy Nur A dan Endah Kurnia Wirawati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar