Sejak tahun 2000 saya mengenal perempuan ini di rumah seorang sahabat. Sejak awal itu pula beliau berkata langsung pada saya secara 4 mata agar saya belajar yoga padanya, katanya saya punya bakat untuk jadi guru yoga. For Free alias gratis. Demi sopan santun saya menolaknya dengan hanya tersenyum. Sungguh saya tak tertarik.
Setiap tahun berikutnya saya sesekali masih bertemu di berbagai tempat dan selalu saja beliau minta saya menjadi murid yoga-nya agar saya bisa menjadi penerusnya nanti, menjadi guru yoga. Dan saya tetap menolak dengan halus.
Bulan Januari 2009 saya tak sengaja bertemu lagi dengan beliau dan tiba-tiba saya mengatakan padanya bahwa saya tertarik untuk belajar yoga. Tentu saja beliau senang sekali. Sesuai janji, saya datang jam 2 ke rumahnya di Bintaro. Tapi ternyata pembantunya bilang beliau mendadak harus pergi tepat 15 menit sebelum jam 2. Tentu saja hati saya agak jengkel. Saya yang tinggal di Jakarta Timur merasa sudah menempuh jalan begitu jauh dan sia-sia. Tiga kali janji berikutnya juga begitu. Tapi saya yang tidak sabaran, entah kenapa tak mampu marah. Tetap saja saya bikin janji untuk datang lagi, dan lagi. Akhirnya setelah serangkaian diskusi, saya mulai belajar.
Suatu sore perempuan kelahiran Bali ini bercerita bahwa sebelum bisa yoga pernah menderita kanker otak stadium 4 dan semua dokter sudah menjadikannya kelinci percobaan untuk semua obat. Melalui meditasi dan therapi urine selama 2 tahun sang kanker lenyap. Sekarang semua organ tubuh yang pernah hancur karena chemotherapy sudah pulih. Rambutnya bahkan tak ada uban. Padahal usia beliau sudah 50 tahun. Sebagai wujud rasa syukur, beliau kini membantu beberapa teman yang menderita kanker dan lupus dengan air yang telah diisi energi dalam botol-botol air mineral. Tentu saja tidak bisa gratis karena semua energi dikumpulkan dengan meditasi yang menguras tenaga dan waktu.
Tapi yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dengan keyakinan kuat untuk sembuh diiringi meditasi yang mengajarkan keheningan + ketenangan dan urine yang berasal dari dalam tubuh sendiri, mampu mengusir penyakit sedahsyat kanker stadium 4.
Saya menuliskan ini bukan sedang kampanye agar kita minum urine karena bagi muslim masih dianggap najis. Saya hanya ingin bercerita sebuah fakta. Itu saja.
Rahmah Hasjim, Jakarta, Mei 2009
sumber : http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=14309
Tidak ada komentar:
Posting Komentar