Lima belas tahun silam, Dr Jerry McLaughlin, dari Universitas Purdue, Amerika Serikat, berkelana ke Garut, Jawa Barat. Bersama para mahasiswanya Jerry mengumpulkan daun sirsak, mengeringkan, lalu menerbangkan ke Amerika. Riset yang dilakukannya bersama Prof Soelaksono Sastrodihardjo dari ITB, Bandung, mengungkap sirsak sebagai antikanker.
Ketika itu, sepanjang 1995 - 1996, Soelaksono begitu sibuk. Entomolog dari Departemen Biologi, Institut Teknologi Bandung, itu menangani proyek Bank Dunia yang tengah meriset daun sirsak. ‘Ketika itu saya direktur di Pusat Antar Universitas Ilmu hayati. Semua bahan alami dikumpulkan atas nama ITB. Sebetulnya sirsak juga banyak di Amerika Selatan, tapi akses McLaughlin ke sana mungkin lebih sulit,’ kata Soelaksono kepada wartawan Trubus Endah Kurnia Wirawati.
Menurut Soelaksono, sebelum dikenal sebagai antikanker, tanaman sirsak - biji dan daun - dikenal di tanahair sebagai pestisida alami. ‘Bijinya bisa membunuh larva hama seperti Helicoverpa armigera,’ katanya. McLaughlin yang dikenal sebagai farmakolog menduga sifat sitotoksik sirsak pada serangga dapat dipakai untuk membunuh sel kanker. Saat meriset, McLaughlin juga dibantu mahasiswa asal Korea Selatan, Feng E Wu.
Penelusuran Trubus, riset sirsak untuk kesehatan manusia telah dilakukan 70 tahun silam. Pada 1941 - 1962, para peneliti hanya menemukan khasiat sirsak - buah, daun, kulit batang, biji, dan akar sirsak - sebagai antibakteri, anticendawan, dan antiparasit. Baru pada 1976 The National Cancer Institute meneliti khasiat sirsak sebagai antitumor dan antikanker. Diduga riset lama itulah yang mendorong McLaughlin menelitinya sebagai antikanker.
Tertutup
Dari daun sirsak asal Garut itu lalu terungkap senyawa kelompok acetogenin yang ampuh melawan kanker. Di jurnal-jurnal yang terbit di Amerika Serikat sepanjang 1996 - 1998 McLaughlin mempublikasikan senyawa acetogenin itu terdiri dari muricatosin A, muricatosin B, annomuricin E, muricapentocin, annopentocin A, annopentocin B, dan annopentocin C. ‘Prinsip dasarnya acetoginin menghambat ATP yang dibutuhkan oleh sel kanker,’ kata Soelaksono.
Sayang, riset berharga itu tidak serta-merta membuat daun sirsak ramai dipakai sebagai antikanker. ‘Sebuah perusahaan farmasi berusaha menutupi informasi itu selama puluhan tahun. Bila terungkap, maka obat kemoterapi bakal tak laku karena kekuatan acetoginin membunuh sel kanker 10.000 kali lebih kuat ketimbang obat kemo,’ kata Dr Reza Tirtawinata, ahli buah di Bogor, yang pertama kali mengabarkan khasiat sirsak pada Trubus 2 tahun silam.
Yang istimewa acetogenin beda dengan obat kemo yang membunuh semua sel. Menurut Prof Dr H Ervizal A M Zuhud MS, ketua Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (Toga) Bina Sehat Lestari Gunung Leutik, Bogor, Jawa Barat, acetogenin menyerang sel kanker secara selektif. ‘Sel abnormal diserang, tapi sel normal dibiarkan,’ kata Ervizal. Dengan begitu efek samping kemo seperti kebotakan dan daya tahan tubuh yang drop dapat dihindari.
Menurut Soelaksono acetogenin mengganggu perkembangan sel kanker dengan cara mengurangi jumlah ATP yang dibutuhkan sel kanker. Caranya, acetogenin masuk dan menempel pada dinding sel, lalu masuk ke dalam sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. ‘Sel kanker butuh banyak energi untuk berkembang sehingga akan mati bila ATP sebagai sumber energi dihambat,’ kata Soelaksono. Sel sehat tak diserang karena tidak butuh banyak energi.
Paten
Kini acetogenin asal sirsak itu disebut-sebut mampu mengatasi 12 sel kanker. ‘Di Amerika sampel dari Indonesia diujicobakan pada sel kanker paru, payudara, kolon, dan beragam sel kanker lainnya,’ tutur Soelaksono. Sayang, hanya McLaughlin yang memperoleh paten dari penelitian itu. Soelaksono sebagai peneliti tak memperolehnya. Namun, nama Soelaksono dan ITB bertebaran di jurnal-jurnal yang meriset senyawa sirsak.
Belakangan riset sirsak itu diikuti dengan ramainya riset keluarga Annonaceae yang lain. Pada awal 2000 Dr Hamidah MKes, pengajar di Universitas Airlangga, Surabaya, mempublikasikan acetogenin pada sirsak itu juga ditemukan pada srikaya Annona squamosa dan mulwo Annona reticulata. Penelitian Hamidah membuktikan, secara genetik kandungan senyawa kimia keduanya sama persis sehingga bermanfaat sama. ‘Bahkan, peneliti di Amerika Selatan mengatakan khasiat paw paw alias mulwo terhadap kanker lebih bagus daripada sirsak, tapi sebetulnya sama saja,’ kata Soelaksono. Dari Garut, daun sirsak mengguncang dunia. (Destika Cahyana/Peliput: Endah Kurnia Wirawati dan Lastioro Anmi Tambunan)
- Daun sirsak, dari Garut, Jawa Barat, diambil dan diteliti di Amerika Serikat untuk diuji pada sel kanker
- Acetoginin masuk dalam sel dan merusak ATP yang menjadi sumber energi sel kanker di dinding mitokondria
- Meski hanya McLaughlin yang memperoleh paten sirsak, nama Soelaksono Sastrodihardjo dan ITB bertebaran di jurnal-jurnal internasional
- Prof Soelaksono Sastrodihardjo, teliti sirsak pada 1995 - 1996 dengan biaya dari Bank Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar