UNTUK KOLSUNTASI DAN PEMESANAN SILAHKAN HUBUNGI :
HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster
binmuhsin_group@yahoo.co.id
===
Setiap kali berkemih, Sri Haryanto menahan nyeri yang luar biasa. Urine menetes perlahan seperti air keluar dari kran yang tersumbat.
Kejadian itu menimpa Sri Haryanto pada malam hari. ‘Biasanya jam 9 malam saya mulai bolak-balik ke kamar mandi,’ kata Sri. Dalam semalam ia bisa 5 kali lebih ke kamar mandi. Ia tak tahan lagi menahan sakit, sehingga herbalis di Yogyakarta itu mendatangi rumahsakit terdekat untuk dikateter. Padahal, waktu sudah pukul 02.00 dinihari. Setelah dikateter, ia merasa lebih lega. Namun, keesokan malamnya urine masih tetap mampat.
Setelah 4 hari tak kunjung membaik, Sri memeriksakan diri ke dokter. Kelenjar prostatnya membengkak hingga 2,5 kali lipat ukurannya. Pembengkakan itu menutup saluran kemih. Sri menderita kanker prostat. Namun, karena usianya 70 tahun, dokter tidak memberikan pilihan lain selain terapi dengan sinar laser. Pemilik klinik Anugrah Agung itu agak ketar-ketir. ‘Dari buku yang saya baca, hanya 2 dari 10 orang yang berpeluang sukses menjalani terapi itu,’ kata Haryanto.
[B]Setengah abad[/B]
Menurut Haryanto, kanker prostat itu buah dari kebiasaan menahan buang air kecil saat seminar dan acara lain. Kanker prostat cenderung menyerang pria di atas usia 50 tahun. Menurut data [I]National Cancer Institute[/I] (NCI), Amerika Serikat, 70% pengidap kanker prostat berusia di atas 65 tahun.
Sebagian penderita tidak merasakan gejala serangan dan meninggal tanpa terapi. Sebagian lagi merasakan gejala antara lain susah berkemih, sering ingin berkemih pada malam hari, rasa sakit saat berkemih, serta rasa sakit di punggung bagian bawah, pinggang, dan paha atas. Data NCI terbaru menyebutkan pada 2010 ditemukan 217.730 penderita kanker prostat baru di Amerika Serikat, dan 32.050 di antaranya meninggal.
Selain menganjurkan terapi, dokter juga memberikan obat kepada Haryanto untuk konsumsi 3 kali sehari. Namun, Haryanto hanya menjalani terapi laser 2 kali dengan interval 3 bulan, masing-masing selama 1 jam. Bersamaan dengan itu, ia memilih mengonsumsi tanaman obat tradisional lantaran sudah terbiasa. Racikan jamu kunyit putih yang biasa ia berikan kepada pasien pun ia minum. Untuk diuretik alias melancarkan kemih, Sri mengonsumsi seduhan klembak berdosis 3 gram dengan air panas 3/4 gelas.
Yang istimewa, Sri menjadi rutin mengonsumsi jus buah sirsak. Sudah 10 tahun terakhir ia juga meresepkan sirsak - baik daun atau buah - kepada pasien kanker. Namun, perkenalannya pada sirsak untuk terapi pasien kanker terjadi jauh sebelum itu, tepatnya pada 1958. Ketika itu Haryanto masih bekerja sebagai perawat di sebuah rumahsakit swasta milik salah satu perusahaan ban. Salah seorang dokter yang bertugas di rumahsakit ketika itu berasal dari Jerman.
Dokter itu selalu menyarankan untuk memberikan jus buah-buahan tertentu pada pasien tergantung penyakit. Jus itu memang tidak serta-merta sebagai obat, tetapi sebagai makanan tambahan. Sebab, dokter tetap memberikan obat kimia. Itu mirip pasien demam berdarah yang mengonsumsi jus jambu biji [I]Psidium guajava[/I]. Sementara para pasien bisul, infeksi, dan budukan menikmati jus sirsak.
Budukan yang dimaksud adalah semacam benjolan pada daging yang tak lain berupa tumor. Ketika itu istilah tumor atau kanker belum lazim. Dari pengalaman menjadi perawat dan beragam informasi terbaru tentang sirsak itulah Haryanto mulai meresepkan [I]Annona muricata[/I] kepada pasiennya dan dirinya. Untuk pasien yang juga menderita diabetes, ia menganjurkan untuk mengonsumsi daun. Sedangkan untuk pasien lain, bisa memilih buah. Sebab, buah relatif manis dan kurang baik untuk penderita kencing manis.
[B]Annomuricin[/B]
Bersamaan dengan menjalani terapi laser, Haryanto rutin mengonsumsi jus sirsak sebanyak 300 cc antara pukul 18.00 - 19.00 selama 3 bulan. ‘Harapannya, kandungan sirsak akan bereaksi saat malam hari,’ kata Haryanto. Menurut Sri, sirsak berkhasiat menguatkan stamina dan membuang racun dari dalam tubuh. Hasilnya, kanker di prostatnya mengempis dan ia sudah bisa berkemih dengan normal.
Herbalis lain di Yogyakarta, Lina Mardiana juga meresepkan daun dan buah sirsak untuk pasien kanker. Lina meresepkan daun dan buah sirsak secara turun-temurun dari ibunya sejak 1970-an.
Daun maupun buah sirsak terutama sebagai pengganti kemoterapi (maksimal kanker stadium3). Biasanya diberikan jika pasien tidak tahan kemoterapi, cirinya sudah 1 - 2 kali kemo tetapi badan lemah atau mual-mual.
Namun, tak jarang ada juga pasien yang tahan kemo dan daun sirsak diberikan bersama dengan terapi kemo. ‘Khasiat daun/buah sirsak itu untuk mengeliminasi radikal bebas, mengeringkan sel kanker dan terutama meningkatkan stamina pasien agar tubuh tidak lemah,’ ujar Lina.
Pemanfaatan daun dan buah sirsak untuk membantu kesembuhan pasien kanker itu sejalan dengan beberapa penelitian. Salah satunya penelitian Prof Soelaksono Sastrodihardjo dari Institut Teknologi Bandung dan tim dari [I]Purdue University[/I], Amerika Serikat, yang membuktikan sirsak berkhasiat antikanker. Senyawa annomuricin E yang diisolasi dari daun sirsak itu memiliki efek sitotoksik pada beberapa sel kanker yang diuji termasuk sel PC-3 (karsinoma prostat). Area penghambatan senyawa kelompok acetogenin itu terhadap sel kanker prostat mencapai 2,28 x 10-1. ([B]Tri Susanti[/B])
[I]Jus buah sirsak berkhasiat menguatkan stamina dan membuang racun dari dalam tubuh[/I]
[I]Kanker menyebabkan pembengkakan kelenjar prostat yang dapat menutup/menghambat saluran kemih. Akibatnya sebagian penderita merasakan gejala susah berkemih[/I]
[I]Sri Haryanto, kanker di prostat mengempis setelah menjalani terapi laser, meminum ramuan kunyit putih, dan rutin mengonsumsi jus buah sirsak[/I]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar